Minggu, 28 April 2013

Pernah gak kamu mengalami keadaan di mana kamu stuck sama seseorang ? Cinta mati . Dia kaya ada magnetnya, gimanapun kamu berusaha keras untuk bilang, “I’m totally completely utterly done with you!”, pada akhirnya hanya bertahan satu minggu, atau satu bulan, abis itu balik lagi ke tempat semula, gak bisa ke mana-mana, sejauh apapun kamu lari, kamu akan tetap balik ke samping dia.

Sahabat baik saya, lagi ngalamin kejadian kaya gitu . Gimana jatuh bangunnya dia untuk minta ‘dilihat’ sama mantannya . Mantannya yang sekarang udah punya pacar baru . Udah sibuk sama hubungannya yang baru . Sebaliknya, sahabat saya masih bertahan di situ. Nunggu mantannya sadar . Nunggu mantannya balik menghampiri dia . saya, yang ngeliat gimana ngenesnya dia, kadang-kadang jadi nangis juga . Tau semua ceritanya, pengorbanannya, bikin saya sadar, kalo terkadang, gak gampang mengenyahkan seseorang dari hati dan pikiran . Gimanapun kerasnya kamu berusaha . Move on itu bicara niat dan kemauan, bukan kemampuan, tapi ada satu hal lagi yang namanya harapan. Dan niat kamu yang 99% itu, bisa berantakan karena 1% harapan untuk perubahan dari orang yang kamu sayang . Harapan untuk kembali ke pelukan.

Cinta. Hanya itu penyebabnya.


saya dengan akal sehat yang masih utuh
saat ngedengerin sahabat saya cerita, jadi bertanya-tanya sama diri sendiri, kalo sayang sama seseorang, apa harus mengorbankan diri sampai kejatuhan yang paling dalam ? Kalo cinta sama seseorang, haruskah merelakan apa saja, termasuk kebahagiaan diri sendiri ? Rasanya kok terlalu mahal.

Lalu ? Apa cara mencintainya salah ? Kalo hanya memikirkan kebahagiaan diri sendiri, cintanya egois dong ?

Sederhana.

Bukan cintanya yang bikin sakit. Tapi rasa-ingin-memilikinya. KEDUA HAL INI, JELAS BERBEDA Menurut saya, konsep mencintai itu sederhana selama konsep itu murni. Belum dicampuradukan sama eskpektasi atau keinginan untuk memiliki . Sakit yang dirasa lebih kepada karena ketidak berdayaan untuk mengubah keadaan . Atau, harapan yang terlalu melambung ke awan.

Back to basic, konsep cinta di awal, itu hanya mencintai. TITIK. His / her happiness is yours. His / her sorrow is also yours. Being there when everyone else walk away. Mencintai. Tanpa ada keinginan untuk memiliki . Hanya memastikan dia baik-baik saja dan bahagia, sudah cukup, lebih dari cukup . Tanpa punya kemauan besar untuk menjadi alasan dibalik terciptanya senyum di bibirnya . Kamu ikut seneng waktu dia seneng, kamu ikut sedih waktu dia sedih.

Sederhana .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar